Tapi kenyataan itu bertambah menyeramkan ketika saya masuk di kantor yang baru. Kenapa? Disini justru saya kebanyakan duduk. Bisa dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Belum lagi ditambah asupan makanan berlemak –kenapa semua makanan enak itu selalu membawa dosa?- di tiap rapat atau sesi makan gratis lainnya. Mau mati muda?
Saya pikir tidak. Kiprahku masih panjang. Masih banyak hal yang ingin saya lihat dan ingin saya lakukan. Tapi bagaimana caranya kalau gaya hidup seperti itu? Olahraga cuma seminggu sekali, sementara asupan racun bisa berlangsung tiap hari. Ini harus dihentikan!
Akhirnya setelah memikirkan berbagai macam alternatif olahraga, akhirnya saya memutuskan untuk melakukannya. Fitness? Tidak. Saya masih parno akan kemungkinan badan yang semakin melar kalau fitness tersebut tidak berkelanjutan. Bersepeda? Duit saya belum cukup buat membeli sepeda yang rasanya menjadi semakin mahal. Lari? Huff! Banyakan capeknya. Lagian efek cedera menjadi terlalu besar karena tungkai yang kecil belum mampu menopang badan yang segede-gede gaban. Jadi?
Renang! Akhirnya saya memilih jurus ini untuk sedikit mengeraskan dan menghilangkan gumpalan lemak di tubuh. Ada ketakutan yang menghantui sebenarnya, saya belum bisa terlalu berenang. Itupun kalau ke kolam atau ke pantai, banyakan main airnya daripada berenang. Sebentar apa yang dikatakan orang? Kalau saya tenggelam?
Pertanyaannya lagi, saya mau berenang dimana? Celana renangnya mau bagaimana? Beli? Dimana? Berapa harganya? Hahhaha. Kok kayaknya ribet banget yah! Tapi berhubung niat yang sudah membulat, maka saya pun memulai perjuangan saya sebagai perenang amatiran.
Yang pertama dilakukan adalah berburu celana renang! Dimana saya bisa mendapatkan celana renang yang cocok untuk beruang? Saya sempat mengikuti saran seorang teman di kantor, katanya cari di Barata. Sebuah toko pakaian di daerah pantai Losari. Beberapa kali niat ini selalu gagal, tapi begitu kesampaian ternyata hasilnya pun tidak sesuai dugaan. Pas saya menanyakan celana renang yang dimaksud, mbak-mbak penjaganya cuma bilang,
“maaf pak. Tidak ada ukuran untuk bapak”
Wtf! Apalagi penjaga toko itu mengatakannya tanpa merasa bersalah sedikitpun! Akhirnya saya bingung lagi, mau cari dimana? Lokasi kedua : matahari! Disini baru saya mendaptkan yang sesuai, yah Cuma satu masalahnya. Harganya ngajakin miskin banget! 189. 000 rupiah. Huhuhuhu. Mau makan apa saya selama sisa sebulan ini? Tapi yasudlah. Daripada besok yang kenapa-kenapa, akhirnya celana ini terbeli juga.
Rencana kedua adalah hunting kolam renang. Dimana? Kapan? Bagaimana? Dari sekian banyak kolam yang ada di Makassar, hanya ada ebberapa tempat yang rekomendasi mengenai kebersihannya. Untuk waktu sih, sepertinya tidak ada waktu lain selain sore hari. Kolam Mattoangin? Kejauhan dari kantor, belum dapat macetnya selama perjalanan. Pasti sampai disitu kolamnya sudah tutup. Unhas? Kayak tidak tahu saya kolam renangnya diisi pakai air dari mana. Dari danau unhas cint! Kolam hotel? Nggak tahu harganya berapa, pasti lebih ngajakin miskin banget lagi. Dan akhirnya pilihannya jatuh ke padepokan Tirta Lontara. Murah, meriah, dekat dari kantor.
Semua persiapan sudah siap, jadi tunggu apa lagi?
No comments:
Post a Comment